Anak Korban Kecelakaan Kopaja Maut di Pejaten Kritis

8:59 PM 0
Anak Korban Kecelakaan Kopaja Maut di Pejaten Kritis
Ilustrasi kecelakaan.

Jakarta - Kecelakaan yang melibatkan Kopaja 612 rute Kampung Melayu-Ragunan menewaskan sepasang suami istri bernama Gunawan dan Sisilia. Gunawan yang diketahui pengendara ojek online, tengah membonceng istri dan anaknya Aldo.

Kondisi Aldo saat ini tengah kritis seusai mengalami kecelakaan di Jalan Warung Jati Barat, Pejaten, Jakarta Selatan. Aldo beserta ibunya, Sisilia sempat dilarikan ke rumah sakit JMC, Mampang, Jakarta Selatan, sebelum akhirnya sang ibu meninggal.

"Aldo masih dirawat intensif mas. Belum tahu sadar atau tidaknya. Bisa hubungi dokter yang menangani nanti," kata Indah salah satu perawat rumah sakit JMC tempat dimana Aldo dirawat, Rabu (16/9/2015).

Sedangkan sang ayah, Gunawan, meninggal seketika di lokasi kejadian akibat kecelakaan tersebut. Kecelakaan yang melibatkan Kopaja, sepeda motor, dan minibus Avanza pada pukul 13.30 WIB siang ini, berimbas pada kemacetan di lokasi kejadian.

Berdasarkan pemantauan di lokasi kejadian, Jalan Warung Jati Barat dari arah perempatan Ragunan menuju Mampang sempat dilanda kemacetan. Kemacetan terjadi karena beberapa kendaraan yang melintas memperlambat lajunya untuk melihat lokasi kejadian kecelakaan.

Alhasil kemacetan yang terjadi di Jalan Warung Jati Barat, berimbas kemacetan serupa di Perempatan Ragunan. Penumpukan kendaraan pun terjadi di Jalan TB Simatupang baik dari arah Tanjung Barat maupun dari arah Fatmawati. (Mvi/Mut)





Sumber: Liputan6

Polisi Periksa 15 Saksi Pembunuhan Sadis di Bintuni

8:53 PM 0
Polisi Periksa 15 Saksi Pembunuhan Sadis di Bintuni

JAYAPURA - Polres Bintuni telah memeriksa 15  orang saksi, terkait pembunuhan sadis sebuah keluarga di Provinsi Papua Barat yang terjadi pada 25 Agustus 2015.  Para saksi yang diperiksa, saat ini telah mengerucut pada 8 orang.

Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Royke Lumowa mengatakan, selama penyelidikan hampir 3 pekan pascakejadian, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Sangkaan kuat mengarah pada orang per orang juga belum dapat dilakukan. Pihaknya masih menunggu dalam beberapa hari ini untuk bukti forensik yang lebih tajam dan lengkap.

"Bukti forensik yang kami terima baru sekedar komunikasi dan bukti-bukti ini yang harus diperdalam. Kendalanya ya itu tadi, masih pertajam bukti forensik," jelas Royke Lumowa, Rabu (16/9/2015).

Polisi juga mengaku mengantongi saksi kunci 5 hingga 6 orang dalam kasus ini. Saksi yang telah diperiksa adalah beberapa orang yang berkumpul bersama malam sebelum kejadian.

"Saksi kunci atau saksi yang lain, tetap kita berikan perlindungan," ucap Royke.

Royke mengatakan, pada dasarnya, polisi telah mengarah ke beberapa orang yang diduga sebagai tersangka dan tak bias lagi. Tetapi, semua masih perlu pembuktian. Saat ini, pihaknya terus koordinasi semua pihak untuk melakukan penyelidikan bersama, melakukan sharing informasi bersama, agar lebih fokus kepada pembunuh.

"Jika ada dugaan institusi lain terlibat, maka secara aturan akan dilakukan sesuai dengan UU tersebut. Misalnya ada anggota TNI yang terlibat, akan diperiksa sesuai dengan UU militer. Misalnya ada warga sipil yang diperiksa, maka harus sesuai dengan peradilan umum. Kami terus melakukan sistem koordinasi yang berkelanjutan. Ini kasus yang setiap saat dievaluasi secara ketat, kami pun masih mendalami motif pelaku melakukan hal ini," kata Royke.

Polisi Diminta Serius

Tokoh masyarakat Papua Barat Jimmy Demianus Ijie menuding, tidak ada keseriusan polisi dalam menyelesaikan kasus pembunuhan Bintuni ini. Bahkan Bupati Toraja Utara sempat datang ke Manokwari  untuk bertemu Kapolda Papua Barat. Namun, tidak ditemui kapolda.

"Hukum  harus berlaku adil bagi seluruh warga negara. Kami mendesak Polres Bintuni, Kompolnas, Mabes  Polri, Komnas HAM dan Komnas Perlindungan  Anak serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak turun langsung di lapangan. Termasuk harus ada perhatian Presiden Joko Widodo. Kasus ini tak jauh berbeda dengan pembunuhan seorang anak, Angelina di Bali yang membuat semua pihak turun tangan," ucap Jimmy.

Apalagi kasus pembunuhan terjadi di kota kecil seperti Bintuni yang seharusnya polisi dengan mudah mengetahui pelaku, aktor  dan motif pembunuhan.

"Ini pembunuhan sadis dan biadab. Kami minta kapolri turun tangan dalam hal ini dan memberikan jaminan keamanan kepada pihak keluarga," pinta Jimmy.

Pada 25 Agustus 2015, 3 orang menjadi korban pembunuhan di dalam rumahnya yang terletak di Distrik Sibena, Bintuni. Ketiganya adalah Ferly Dian Sari (26 tahun) seorang ibu rumah tangga, dan 2 anaknya: Kalistas Putri Natali (7 tahun) dan Andika Wirata (3 tahun). Ketiganya ditemukan tewas pada  27 Agustus atau 2 hari setelah peristiwa pembunuhan. Ferly dan 2 anaknya menderita luka bacokan benda tajam.

Ferly yang tengah hamil 4 bulan diduga sempat diperkosa. Jasad ketiganya diketahui setelah salah satu keluarga korban, hendak menyalakan lampu di rumah korban karena rumah terlihat gelap. (Mvi)






Sumber: Liputan6